SI JANGOI
Malahan suatu ketika, pada suatu malam Jangoi bersembunyi pada sebuah pohon yang rimbun, ia memakai pakaian putih, layaknya mayat yang baru keluar dari lobang kubur. Entah mukena siapa yang dicurinya.
Begitu orang-orang pulang dari surau dan melewati pokok rimbun itu, Jangoi pun keluar dengan melompat-lompat layaknya sebagai lembaga atau hantu. Maka berhamburan berlari-lari sambil berteriak-teriak ketakutan orang-orang itu, khususnya orang perempuan dan anak-anak. Penduduk setempat sangat marah!
Maka dicarilah akal untuk menangkap si Jangoi. Orang-orang kampong sengaja mengintai dan mencari kelengahan Jangoi. Alhasil, pada suatu ketika, dapatlah si Jangoi ditangkap oleh orang kampong. Beramai-ramai orang kampong itu mengarak si Jangoi. Kedua tangannya diikat ke belakang.
Sesampainya di sebuah pohon yang besar, si Jangoi diikat. Sekali ini, si Jangoi tidak ditinggal begitu saja. Melainkan dijaga oleh orang dewasa. Jaganya bergantian. Pokoknya, istilah kata orang, tak boleh leke.
“Huh! Baru kau rasa sekarang, ya? Kau tak akan dapat lepas lagi, Jangoi. Kami jaga engkau berganti-ganti,” kata orang yang menjaganya. Apa jawab si Jangoi?
“Kalau ada orang menjaga enak juga. Engakau orang jadi pengawal aku, si
Jangoi!” Ejek Jangoi.
“kurang ajar! Dasar anak bertuah!” kata si penjaganya dengan marah.
“Aku diikat, engkau orang menjaga. Engkau orang juga yang penat!” Ejek Jangoi
lagi. Naik pitam juga orang yang menjaganya melihat perangai si Jangoi.
“Hei, dengar! Budak macam kau ‘ni tak perlu dilayan!” Kata si Penjaganya dengan geram.
“Tak, layan sudah! Akupun tak rugi!” Jawab si Jangoi sambil ketawa-ketawa.
“Iiih …. Kalau bukan masih budak lagi, sudah aku lumat-lumatkan, engkau ‘ni!”
Begitu geramnya di Penjaga itu melihat perangai Jangoi. Adaaaa …. Saja
jawabnya.
“Aku diikat, engkau orang menjaga. Engkau orang juga yang penat!” Ejek Jangoi
lagi. Naik pitam juga orang yang menjaganya melihat perangai si Jangoi.
“Hei, dengar! Budak macam kau ‘ni tak perlu dilayan!” Kata si Penjaganya dengan geram.
“Tak, layan sudah! Akupun tak rugi!” Jawab si Jangoi sambil ketawa-ketawa.
“Iiih …. Kalau bukan masih budak lagi, sudah aku lumat-lumatkan, engkau ‘ni!”
Begitu geramnya di Penjaga itu melihat perangai Jangoi. Adaaaa …. Saja
jawabnya.
Maka si Penjaga itupun tak hendak melayan si Jangoi lagi.
Bersambung Bhagian 4
0 comments:
Post a Comment