Kisah Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah Serta Jasa Mereka
Setelah umat Islam, keluarga Bani Hasyim dan keluarga Bani Abdul Muthalib bebas dari pemboikotan dan pengasingan, maka kesengsaraan, kemiskinan dan kelaparan melanda mereka.
Selang beberapa bulan berikutnya, dua orang pelindung Nabi, Khadijah binti Khuwalid dan Abu Thalib bin Abdul Muthalib mendahului beliau ke alam baka.
Khadijah istri Nabi Muhammad Saw, meninggal dalam usia 65 tahun, pada tahun kesepuluh kenabian dan telah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Nabi selama dua puluh lima tahun. Dari pernikahannya, Allah mengaruniakan enam orang anak yang terdiri dari dua orang laki-laki yaitu, Abdullah dan Qasim serta empat orang puteri, yaitu Ruqayah, Zaenab, Ummu Kulsum dan Fatimah, dimakamkan di Ma’la di kota Makkah.
Khadijah istri yang setia, orang yang mula pertama mengikuti ajaran Rasulullah, telah menyokong perjuangan dan dakwah Islamiyah dengan segala jiwa, raga dan harta, dan selalu memberikan kesejahteraan serta ketentraman pada diri Nabi Muhammad Saw dalam rumah tangga dan dakwah Islamiyah. Kepergian beliau membuat hati Nabi berduka cita, maka sepeninggal beliau, Nabi selalu mengunjungi keluarga dan kerabat beliau untuk bersilaturahmi dan mengenang jasa Khadijah.
Selang beberapa hari, Abu Thalib paman Nabi, wafat dalam usia 80 tahun. Beliau telah mengasuh Nabi sejak umur delapan tahun. Segala kasih sayang telah dicurahkan, beliau telah menikahkannya dengan Khadijah binti Khuwailid, bahkan setelah menjadi rasul, beliaulah sebagai pelindungnya.
Ketika Abu Lahab menyuruh menangkap Nabi Muhammad Saw pada pertemuan keluarga besar Quraisy, Abu Thalib tampil sebagai pembela. Begitu pula tatkala perutusan Kafir Quraisy mendatangi Nabi, Abu Thalib yang selalu menghadapi mereka.
Abu Thalib seorang tokoh Quraisy yang disegani, kewibawaan beliau menjadi pelindung Rasulullah, namun beliau tak sempat mengucapkan dua kalimat syahadat, sehingga beliau meninggal dalam keadaan Kafir.
Wafatnya kedua pelindung Nabi, menjadikan hati beliau sangat duka cita, sehingga tahun kesepuluh kenabian dinamakan “Amul Huzni” artinya tahun kesedihan.
Setelah umat Islam, keluarga Bani Hasyim dan keluarga Bani Abdul Muthalib bebas dari pemboikotan dan pengasingan, maka kesengsaraan, kemiskinan dan kelaparan melanda mereka.
Selang beberapa bulan berikutnya, dua orang pelindung Nabi, Khadijah binti Khuwalid dan Abu Thalib bin Abdul Muthalib mendahului beliau ke alam baka.
Khadijah istri Nabi Muhammad Saw, meninggal dalam usia 65 tahun, pada tahun kesepuluh kenabian dan telah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Nabi selama dua puluh lima tahun. Dari pernikahannya, Allah mengaruniakan enam orang anak yang terdiri dari dua orang laki-laki yaitu, Abdullah dan Qasim serta empat orang puteri, yaitu Ruqayah, Zaenab, Ummu Kulsum dan Fatimah, dimakamkan di Ma’la di kota Makkah.
Khadijah istri yang setia, orang yang mula pertama mengikuti ajaran Rasulullah, telah menyokong perjuangan dan dakwah Islamiyah dengan segala jiwa, raga dan harta, dan selalu memberikan kesejahteraan serta ketentraman pada diri Nabi Muhammad Saw dalam rumah tangga dan dakwah Islamiyah. Kepergian beliau membuat hati Nabi berduka cita, maka sepeninggal beliau, Nabi selalu mengunjungi keluarga dan kerabat beliau untuk bersilaturahmi dan mengenang jasa Khadijah.
Selang beberapa hari, Abu Thalib paman Nabi, wafat dalam usia 80 tahun. Beliau telah mengasuh Nabi sejak umur delapan tahun. Segala kasih sayang telah dicurahkan, beliau telah menikahkannya dengan Khadijah binti Khuwailid, bahkan setelah menjadi rasul, beliaulah sebagai pelindungnya.
Ketika Abu Lahab menyuruh menangkap Nabi Muhammad Saw pada pertemuan keluarga besar Quraisy, Abu Thalib tampil sebagai pembela. Begitu pula tatkala perutusan Kafir Quraisy mendatangi Nabi, Abu Thalib yang selalu menghadapi mereka.
Abu Thalib seorang tokoh Quraisy yang disegani, kewibawaan beliau menjadi pelindung Rasulullah, namun beliau tak sempat mengucapkan dua kalimat syahadat, sehingga beliau meninggal dalam keadaan Kafir.
Wafatnya kedua pelindung Nabi, menjadikan hati beliau sangat duka cita, sehingga tahun kesepuluh kenabian dinamakan “Amul Huzni” artinya tahun kesedihan.
Kisah Teladan Lainnya ...
0 comments:
Post a Comment