Ketika berada di bumi, tujuh puteri baginda itu terlalu suka mandi-manda di sungai yang jernih airnya. Ada banyak batu-batu besar di tebing sungai itu. Ketujuh-tujuh orang puteri itu akan mengutip bunga-bungaan yang berkembang mekar di hutan tempat mereka berhenti itu.
Ketika di bumi, setiap mereka di bekalkan dengan seuncang padi emas. Selalulah mereka menabur padi emas itu di celah-celah batu. Mereka suka melihat cahaya pantulan emas di celah-celah batu itu.
Apabila hendak pulang, mereka akan mengutip semula padi emas itu. Padi emas itu akan di masukkan semula ke dalam uncangnya. Begitulah halnya setiap kali mereka turun bermain.
Pada suatu hari, ketika mereka bermain, puteri yang ketujuh menabur padi emas di celah-celah batu. Tapi malangnya, ketika mereka hendak pulang, semua padi itu telah hilang. Raja Cahaya Santaka terlalu murka akan puteri ketujuh baginda. Menurut baginda satu malapetaka akan terjadi di negeri baginda di kayangan.
Lalu puteri ketujuh di tinggalkan di bumi untuk mencari padi emas itu. Mereka yang lain semuanya pulang ke kayangan. Puteri ketujuh sentiasalah mencari padi emas yang hilang itu.
Bebarapa hari kemudian dia melihat anak benih menghijau tumbuh di celah-celah batu di situ. Makin lama anak benih itu semakin membesar dan akhirnya berbuah.
Duduklah puteri ketujuh dari musim ke musim menanam padi dari benih yang di dapatinya itu. Akhirnya kawasan padinya semakin luas. Kemudian ramailah orang datang mengambil benih padi daripadanya. Tidaklah dia pulang kekayangan lagi.
- Tokoh Masyarakat dan Pengkhotbah Jepang
- Aslinya bahasa Pahlavi
- Bekas Pendeta Tinggi pada David Bangamni Keldani Iran
- Dilahirkan Sebagai Seorang Kristen
- Dilahirkan sebagai keluarga Perancis Katolik
- Doktor ilmu sastra dari London University
- Guru Besar Ahli Ketimuran
- Islamnya Reformer Inggris
- Mayor Tentara Inggris Menjadi Mualaf
- Mengapa orang-orang Barat memeluk agama Islam
0 comments:
Post a Comment